Melestarikan Kabau di Talang Mamak

Indragiri Hulu (14/6/2019). Selesai mengikuti ritual adat di Penyabungan, kami AMAN dan BPAN INHU berkunjung ke komunitas adat Talang Durian Cacar. Pak Upuran, warga Talang Durian Cacar mengajak kami memanen kabau di kebunnya.

Kabau atau juga disebut Jering Hutan salah satu tumbuhan yang dikenal oleh masyarakat Sumatera, khususnya masyarakat adat Talang Mamak di Indragiri Hulu. Buahnya mirip dengan jengkol, pete, lamtoro dan sejenisnya. Jika dibandingkan, kabau memiliki aroma yang lebih menyengat dari lainnya.

Masyarakat adat Talang Mamak mengenal tiga jenis kabau di wilayah adatnya yaitu Kabau Tunjuk, Kabau Gelang, dan Kabau Dusun. Kabau Tunjuk berbentuk lurus seperti telunjuk jari. Kabau Gelang buahnya sedikit lebih besar dari kabau tunjuk, bentuknya melingkar. Sedangkan Kabau Dusun bijinya lebih kecil dari jenis kabau lainnya dan biasanya tumbuh disekitar perdusunan/perkampungan.

Bagi masyarakat adat Talang Mamak, Kabau biasanya dikonsumsi sebagai ulam (lalapan). Bisa juga digoreng dulu, jika tidak suka yang mentah. Selain itu, kabau juga sering digunakan untuk campuran sambal. Sambal kabau sangat khas di sumatera, khususnya di Talang Mamak.

Dahulu kabau banyak dijumpai dan tumbuh secara alami di hutan/rimba. Sayangnya, saat ini kabau mulai langka/jarang ditemukan karena hutan di Talang Mamak sudah banyak berkurang dengan adanya perkebunan kelapa sawit skala luas milik perusahaan (PT). Padahal jika dimanfaatkan kabau bisa menjadi potensi ekonomi bagi masyarakat adat Talang Mamak serta dapat melestarikan hutan di wilayah adat.

Memanen Kabau di Kebun Pak Upuran, Komunitas Adat Talang Durian Cacar. Talang Mamak

Saat ini, kabau sudah mulai ditanam oleh masyarakat adat Talang Mamak. Salah satunya Pak Upuran, warga Talang Durian Cacar, yang menanam kabau dan juga jengkol di kebunnya.

Selain untuk konsumsi sendiri, Pak Upuran juga menjual hasil panen kabau nya. Dia mengatakan harga jual kabau pernah mencapai Rp. 20.000/kg. Baru-baru ini Pak Upuran memanen kabau dikebunnya, tidak untuk dijual tapi dibagikan kepada warga sekitarnya.

Pak Upuran mempunyai harapan kabau dapat dilestarikan di Talang Mamak. “Kabau ini salah satu potensi alami yang harus dikembangkan, karena saat ini sudah mulai langka”, ujarnya.

Penulis: Suher, Pemuda Adat Talang Jerinjing