Indragiri Hulu (15/6/2019). Menyirih atau memakan sirih (biasanya dicampur dengan pinang, kapur dan bahan lainnya) merupakan tradisi di masyarakat adat yang saat ini masih dilakukan. Pada beberapa masyarakat adat, sirih pinang merupakan simbol penghormatan terhadap tamu. Menyirih juga sering dilakukan ketika memulai ritual atau acara adat, seperti pada komunitas adat Talang Jerinjing di Kabupaten Indragiri Hulu.
Hari ini Pak Usman salah seorang Katuha/Ketua Berempat di Talang Jerinjing mendapat mandat dari dukun untuk Menyirih Biduan Tunjung, ke rumah Pak Sidan. Pak Sidan adalah seorang biduan tunjung di Talang Jerinjing yang bertugas menapuk sake (menabuh gendang) pada saat ritual bedukun.
Tidak sembarangan orang yang bisa menapuk sake pada saat bedukun. Karena Sake atau gendang yang ditabuh merupakan gendang keramat yang secara turun temurun diwariskan dari nenek moyang Talang Mamak.
Syarat utama dalam ritual ini adalah Sirih yang ditaruh dalam tengkalang (semacam wadah/tempat menyimpan sirih pinang) untuk dipersembahkan/diserahkan ke biduan tunjung. Lalu Pak Usman menyebutkan maksud dan tujuan (keperluan) ketika makan sirih dalam tengkalang tersebut.
Menyirih biduan tunjung pada intinya untuk mengajak biduan tunjung ke tempat ritual akan dilaksanakan. Tujuannya memberi tahu biduan tunjung bahwa akan dilakukan kegiatan bedukun ditempat tersebut. Kegiatan ini diadakan biasanya dua atau tiga hari sebelum ritual bedukun dilaksanakan.
Menurut Pak Usman, sudah hampir tujuh (7) tahun ritual bedukun tidak dilakukan di Talang Jerinjing. Seharusnya ritual bedukun ini diadakan sekitar 3 tahun sekali untuk menjaga luak atau wilayah adat Talang Jerinjing dari bahaya dan/atau penyakit.
Jika tidak dilakukan, masyarakat adat Talang Jerinjing percaya bahwa leluhur akan marah karena “titipan leluhur” yaitu wilayah adat tidak diurus. Masyarakat bisa terkena penyakit atau masalah-masalah lain yang tidak terduga.
Dalam ritual bedukun, Biduan Tunjung akan menabuh gendang keramat dari awal sampai selesai. Biasanya dimulai dari pukul 22.00 WIB sampai pagi menjelang subuh.
Penulis: Suher, Pemuda Adat Talang Jerinjing