Wilayah Adat Terancam Hilang, Talang Mamak Tetap Pertahankan Tradisi Berladang.

pesta panen padi dalam bahasa talang mamak 'menuai"

Anak Talang 18/2/2021 pada Awal Bulan Februari 2021 Masyarakat Adat Anak Talang Suku Talang Mamak disambut oleh pesta Panen Padi dalam bahasa Talang Mamak “Menuai”.

Dalam Proses Panen padi, Masarakat Anak Talang berbagi Tugas. Pemudi dan ibuk2 Menuai Padi sementara untuk Pemuda Dan orang tua berkerja mengangkut padi yang sudah dituai ke tempat padi atau yang sering di sebut orang Talang Mamak

Jenis padi yang ditanam adalah jenis padi lokal, menurut Aan salah satu Pemuda Adat Anak Talang padi yang saya Tanam adalah jenis padi Alus(Kecil). Sementara di tempat lain jenis padi yg di tanam Ada Padi Gading Godang(Besar), padi Anak Jalai, dan Padi sabak.

Dalam menanam padi lokal, masyarakat Komunitas Anak Talang banyak mendapat tantangan, seperti Ancaman Dari serangga yang merusak buah dan batang padi, belum lagi Hama seperti Babi, monyet dan burung, yang sangat mempengaruhi Hasil panen tidak menentunya musim kemarau dan musim hujan membuat buah padi menjagi tidak berisi.

Proses penanaman sampai pemanenan masih dilakukan dengan cara tradisional dan melalui Tradisi Ritual, menurut Aan Pardinata menanam Padi Adalah Bagian dari Kedaulatan Pangan, apa lagi sekarang wabah Covid 19 melanda dunia yang berdampak kepada semua sektor salah satunya kebutuhan pangan. Jadi dengan berladang menanam padi kebutuhan pangan kita teratasi, selain itu kita juga mempertahankan Tradisi yang diwarisi leluhur kami supaya tidak hilang.

Penulis:Supriadi Pemuda Adat Anak Talang

Mengenal Ambung, Salah Satu Kerajinan Tangan Suku Talang Mamak

Talang jerinjing, 25/6/2020 Masyarakat Adat Talang Mamak tidak bisa dipisahkan dengan kebudayaan dak kerajinan tangan, meski Wilayah Adat semakin menyempit yang disebabkan oleh kebun kelapa sawit masyarakat adat Talang Mamak masih mempertahankan budaya, kerajinan tangan, kearipan lokal serta hutan keramat.

Salah satunya di kampung sungai bungin komunitas Talang Jerinjing desa Talang jerinjing kecamatan Rengat Barat, ada seorang bernama pak larangan yang masih melestarikan kerajinan tangan yang terbuat dari rotan. Ambung namanya

Menurut pak Larangan, Ambung ini terbuat dari bahan rotan yang dipilih dan diambil dari hutan adat. Saat ini bahan baku untuk membuat Ambung sangat sulit didapatkan, hanya di tempat tempat tertentu adanya ujar pak Larangan.

Ambung ini banyak sekali kegunaannya,salah satu nya untuk tempat mengambil kayu bakar dihutan dan tempat buah – buahan seprti ubi,durian, mangis dan sayuran. Selain itu Ambung tersebut juga bernilai Ekonomi, bisa menambah pendapatan. Biasanya kami jual satu Ambung itu seharga 100.000 tutup pak Larangan

pak larangan sebagai masyarakat adat talang jerinjing mengajak masyarakat Adat untuk menjaga hutan yang masih tersisa agar bahan baku anyaman bisa tersedia setiap masa.

Penulis:Suher ketua BPAN Inhu

Penanaman Batu sebagai Tanda di makam Leluhur Oleh Masyarakat Adat Talang Sungai Jirak

Sungai jirak, 31/05/2020, Masyarakat adat di komunitas Talang Sunagi Jirak mengunjungi makam leluhur Pendekar Hitam. tujuan mereka mengunjungi makam leluhur untuk bersilaturahmi ke makm leluhur sekali gus memberi tanda dan membersihkan makam keramat Pendekar Hitam.

Kebiasaan ini biasa nya sering dilakukan oleh Masyarakat Adat Talang mamak ziarah kemakam leluhur sebagai mana ikatan anak cucu dengan nenek moyang, Kunjungan ini biasanya di lakukan pada saat lebaran. Pada saat kunjungn kesempatan ini masyarakat Adat Sungai Jirak memberi Tanda makam leluhur dengan menanam batu empat sudut makam, tanda makam di buat supaya makam tidak hilang dan di ketahui oleh anak cucu generasi penerus. 

Penandan dengan menanam batu empat sudut tersebut di hadiri oleh manti adat sungai jirak(Siudi), nenek mamak, Amai Amai dan pemuda Adat Sungai Jirak. Sebelum memberi tanda ninik mamak, tuha tahu dan Manti di Komunitas Adat Talang Sungai Jirak melakukan Musyawarah mupakat dan mendapat keaepakatan akan beri tanda semua makam keramat yang ada di sungai jirak. Tetapi baru makam Pendekar Hitam yang di beri tanda.

Sebelum menanam batu di empat sudut makam, Manti Siudi dan tetua melakukan Ritual Adat dengan membakar kemenyan, untuk pamit dan sekaligus jangan tegur sapa oleh leluhuh kepada anak buah kepenakan Manti sungai Jirak. Karna menurut orng talang mamak apa bila leluhur menegur akan mengakibatkan orang yang di tegur Sakit demam

Selain itu tujuan Masyarakat Adat Talang Sungai Jirak mengunjungi makam dan memberi tanda masyarakat Adat juga meminta perlindungan kepada leluhur supaya Covid-19 tidak masuk ke suku Talang Mamak karena sepanjang pepatah orang talang mamak Yakin dinang dak ada Pecaya kenang dak nampak.

Penulis:Gandi

Pemuda Adat Sungai Jirak

Mengenal Buah Kuras Tumbuhan Liar Makanan kas Talang Mamak

Talang Jerinjing, 16/2/2020 masayarakat Adat Talang mamak sedang memasuki musim buah buahan, cempedak, Petai, duku, dll sedang bermusim di Talang mamak. termasuk buah buahan yang berada di hutan yang tumbuh liar sedang bermusim.

Salah satunya di talang jerinjing sedang musim buah Kuras. Buah kuras ialah buah kayu rimba yang langka, saat ini buah kuras sulit di dapat tidak semua Luak di Talang mamak mempunyai pohon kayu kuras ini di karnakan Wilayah Adat yang sudah menyempit dan hutannya di tumbang.

Kuras buah yang langka ini berbuah tahunan,yang bentuk batang nya seperti batang kayu merantih,batang nya sangat besar layaknya kayu rimba.

Rasa buah kuras sangat lah tidak asing lagi,yang rasanya kelat,dimakan secara dilalap atau ulam makan,selain itu buahnya juga bisa di jadikan campuran sambal bahkan yang lebih enak nya lagi dimasakn dengan tempoyak durian.

Menurut Darwin(Batin Pembubung) dulu buah kuras sangat mudah di jumpai pada saat musimnya datang, tapi kini semenjak hutan di tebang dan ditanam sawit buah kuras sudah mulai sulit di jumpai di rumah rumah masyarakat Adat.

Tetapi masyarakat Adat tidak kehabisan Akal. Ada salah seorang ibuk ibuk di talang Jerinjing bernama Sijur. Beliau mempaatkan tanah yang kosong untuk menanam pohon kuras. Tujuan beliau agar Buah kuras tidak hanya lagi tinggal ceritanya kelak di anak Cucunya. Ya di dekat rumah yang sudah besar pohonnya ,sampai saat ini kuras yang ditanam sudah berbuah beberapa kali.

Saya selain untuk membuat campuran makan tradisional juga menjadi penghasilan ekonomi, saya menjualnya ke rumah tetangga dan ke tempat lain dengan harga Rp 10.000/Kg ujar Sijur.

pada saat musim panen saya mendapat penghasilan ratusan ribu rupiah,sebab banyak yang minat buah kuras ini.

Sijur berharap kepada Ibuk Ibuk   yang lain agar buah kuras ini juga di tanam di tanah adat, atau di kekeliling Rumah, Agar Tumbuhan liar ini tetap ada dan membantu perekonomian Ibuk Ibuk.

penulis:Suher Pemuda Adat Talang jerinjing

Tegakkan warisan leluhur, Masyarakat Talang Mamak lanjutkan Berladang

Anak Talang – Sabtu, 24 Agustus 2019. Masyarakat adat talang mamak yang berada di Komunitas adat dubalang anak talang tepatnya di Desa Anak Talang kecamatan batang cenaku Kabupaten Indragiri Hulu, Riau. Memulai Berladang sebagai tradisi turun temurun dari nenek moyang secara kearifan lokal di talang mamak.

Kemarin Pada Hari Jum’at, 23 Agustus 2019 diadakan Menugal besalang (Menanam Padi) Secara bersama-sama Masyarakat Adat Anak Talang. Datuk Rajo Penghulu Muslimin mengatakan bahwa besalang (menugal) berdasarkan hitungan bulan Masyarakat adat waktu yang tepat untuk menugal pada pertengahan bulan agustus sampai pertengahan Desember agar bisa hasilnya memuaskan.

“selain itu juga untuk menghindari hama dan penyakit padi mati pucuk (Pucuk Menguning) besalang dilakukan bergotong royong biasanya dihadiri puluhan dan ratusan orang” ungkap datuk muslimin.

Tetapi dengan banyaknya bencana kabut asap yang melanda di berbagai daerah membuat masyarakat adat di tuduh sebagai penyebabnya. Pada hal tradisi berladang dengan cara membakar sudah dilakukan sejak dari dahulu dari nenek moyang.

“pemerintah harus mencarikan solusinya bagi kami masyarakat adat talang mamak” tambah Datuk Rajo Penghulu

Sebagai Masyarakat Adat talang Mamak tidak bisa di pisahkan dari kearifan lokal berladang, karena manfaat berladang ini bukan hanya memanen hasil ladang tetapi padi tersebut juga salah satu alat untuk ritual adat seperti belian, bedukun, dan lain sebagainya.

Bahkan masyarakat adat talang mamak yang beragama leluhur di bawa ke kerajaan yang dilakukan dalam setahun dua kali ” be ilir be mudik”.

Jika berladang dengan cara membakar tidak boleh maka maka pemerintah harus mencari solusi untuk masyarakat adat dan menindak korporasi membakar hutan.

Penulis : Supriadi Ketua BPAN INHU

Menyirih Biduan Tunjung; Persiapan Ritual Bedukun di Talang Jerinjing

Indragiri Hulu (15/6/2019). Menyirih atau memakan sirih (biasanya dicampur dengan pinang, kapur dan bahan lainnya) merupakan tradisi di masyarakat adat yang saat ini masih dilakukan. Pada beberapa masyarakat adat, sirih pinang merupakan simbol penghormatan terhadap tamu. Menyirih juga sering dilakukan ketika memulai ritual atau acara adat, seperti pada komunitas adat Talang Jerinjing di Kabupaten Indragiri Hulu.

Hari ini Pak Usman salah seorang Katuha/Ketua Berempat di Talang Jerinjing mendapat mandat dari dukun untuk Menyirih Biduan Tunjung, ke rumah Pak Sidan. Pak Sidan adalah seorang biduan tunjung di Talang Jerinjing yang bertugas menapuk sake (menabuh gendang) pada saat ritual bedukun.

Tidak sembarangan orang yang bisa menapuk sake pada saat bedukun. Karena Sake atau gendang yang ditabuh merupakan gendang keramat yang secara turun temurun diwariskan dari nenek moyang Talang Mamak.

Syarat utama dalam ritual ini adalah Sirih yang ditaruh dalam tengkalang (semacam wadah/tempat menyimpan sirih pinang) untuk dipersembahkan/diserahkan ke biduan tunjung. Lalu Pak Usman menyebutkan maksud dan tujuan (keperluan) ketika makan sirih dalam tengkalang tersebut.

Menyirih biduan tunjung pada intinya untuk mengajak biduan tunjung ke tempat ritual akan dilaksanakan. Tujuannya memberi tahu biduan tunjung bahwa akan dilakukan kegiatan bedukun ditempat tersebut. Kegiatan ini diadakan biasanya dua atau tiga hari sebelum ritual bedukun dilaksanakan.

Menurut Pak Usman, sudah hampir tujuh (7) tahun ritual bedukun tidak dilakukan di Talang Jerinjing. Seharusnya ritual bedukun ini diadakan sekitar 3 tahun sekali untuk menjaga luak atau wilayah adat Talang Jerinjing dari bahaya dan/atau penyakit.

Jika tidak dilakukan, masyarakat adat Talang Jerinjing percaya bahwa leluhur akan marah karena “titipan leluhur” yaitu wilayah adat tidak diurus. Masyarakat bisa terkena penyakit atau masalah-masalah lain yang tidak terduga.

Dalam ritual bedukun, Biduan Tunjung akan menabuh gendang keramat dari awal sampai selesai. Biasanya dimulai dari pukul 22.00 WIB sampai pagi menjelang subuh.

Penulis: Suher, Pemuda Adat Talang Jerinjing

Masyarakat Adat Talang Mamak Menepati Janji Nazar ke Kuala Sungai Tunu, Penyabungan

Jumat 14 juni 2019. Hari ini beberapa masyarakat adat Talang Mamak melakukan ritual di Kuala Sungai Tunu, Penyabungan untuk membayar Kaul. Kuala Penyabungan merupakan salah satu tempat keramat yang ada di wilayah adat tepatnya berada di Kecamatan Rakit Kulim.

Membayar Kaul ini merupakan salah satu ritual untuk mengingatkan perjuangan masyarakat adat Talang Mamak serta meminta kepada leluhur untuk menyertai dalam perjuangan hak atas tanah dalam wilayah adat.

Pengurus AMAN INHU dan Barisan Pemuda Adat Nusantara (BPAN) INHU turut menghadiri acara ini. AMAN dan BPAN INHU selama ini merupakan wadah bagi masyarakat adat Talang Mamak dalam memperjuangankan kepentingan masyarakat adat, terutama mendorong pengakuan dan perlindungan hak-hak masyarakat adat.

Ritual yang dilakukan di Kuala penyabungan ini memerlukan beberapa syarat. Apa yang kita minta dengan niat, memotong kambing/ayam serta melakukan rangkain proses ritual-ritual.

Orang yang melakukan ritual harus memakai kelengkapannya, seperti Limas Bara Api, Bertih, Pesirihan. Ritual ini disaksikan oleh Ninik Mamak, Tuha Tau dan masyarakat lainnya yang ingin menyaksikan.

Setelah selesai ritual ini, kemudian dilanjutkan makan bersama di rumah, hingga selesai.

Penulis: Suher, Pemuda Adat Talang Jerinjing

Menyurung Tanda Memintak Kelengkapan Pengobatan di Talang Mamak

Talang Jerinjing – Rabu, 21 Mei 2019. Pengobatan Tradisional masih menjadi pilihan masyarakat adat Talang Mamak untuk penyembuhan berbagai penyakit. Salah satunya di komunitas adat Talang Jerinjing, kecamatan Rengat Barat, Kabupaten Indragiri Hulu, Riau.

Hari ini akan digelar acara pengobatan tradisional di Talang Jerinjing. Sebelum dilakukan pengobatan, Bentara Jantan dan Betina meminta kelengkapan kepada salah seorang Dukun.

Bapak Rancim, salah seorang dukun yang akan melakukan pengobatan tradisional itu mengatakan bahwa istilah meminta kelengkapan tersebut disebut Menyurung Memintak Kelengkapan, dalam bahasa talang mamak.

“Kelengkapan yang dimaksud berupa cincin sebantuk, sebagai tanda Nak Memintak kelengkapan yang akan dibuat” kata Bapak Rancim.

Setelah selesai, Memintak lalu mengambil bahan ke hutan yang daerahnya sudah ditentukan oleh sang Dukun. Bahan dan alat yang diperlukan diantaranya ayam panggang, gumbar, telur ayam, daun pisang, berteh padi, daun pucuk kelapa, pesirihan serta banyak lagi yang lainnya.

Setelah bahan dan alat tersedia semua, baru dilaksanakan pengobatan di rumah yang akan melakukan pengobatan.

Hari ini pengobatan dilaksanakan pada malam hari. Hal ini sesuai dengan permintaan dari orang yang sakit atau masyarakat adat yang ingin berobat. Pengobatan dimulai pada 20:00 WIB dan selesai sekitar pukul 23:00 WIB.

Penulis : Suher pemuda adat dari Talang Jerinjing

Melimau Selaman Silat: Pemuda Adat melestarikan Budaya Talang Mamak

Talang Jerinjing, 5 Mei 2019. Malam itu para pemuda adat, ninik mamak dan tetua adat berkumpul di rumah bapak Junan untuk mengikuti acara Melimaui Selaman Silat.

Kegiatan ini juga dalam rangka menyambut datangnya bulan ramadhan pada tahun ini.

Pencak Silat merupakan salah satu tradisi masyarakat adat Talang Mamak yang saat ini masih dilestarikan. Silat juga sering menjadi pertunjukan dalam acara-acara adat, seperti Gawai (upacara pernikahan).

Bapak Junan, salah satu guru silat di Talang Jerinjing berharap para pemuda dapat meneruskan budaya silat yang merupakan warisan leluhur Talang Mamak.

“Besar harapan saya, para pemuda dapat meneruskan silat ini, karena silat ini merupakan budaya di Talang Mamak yang sering dilakukan setiap gawai (upacara pernikahan) di Talang Mamak”, Kata Pak Junan.

Latihan rutin silat ini dilakukan pada malam selasa, setiap minggunya. Hal ini dilakukan guna untuk mengingat dan pemuda adat tidak lupa dengan apa yang telah diajarkan oleh guru-guru atau tetua yang ikut melatih silat tersebut.

Penulis: Suher. Pemuda Adat dari Talang Jerinjing

Pemuda Adat talang jerinjing, Melimaui selaman silat

Talang Jerinjing – Sabtu, 4 Mei 2019. Pemuda pemudi Adat Talang Mamak yang berada di Komunitas adat talang jerinjing mengadakan Melimaui selaman silat sebagai Menyambut bulan Puasa di tahun iniAcara ini bertempat di kediaman Bapak Junan selaku guru Silat di talang jerinjing. Hadir juga dalam belimau ini Para pemuda talang jerinjing, Ninik mamak serta tetua di talang jerinjing.Bapak Junan selaku guru berharap dengan kembali silat ini para pemuda dapat meneruskan karena silat ini merupakan budaya Di talang mamak sering juga dilakukan setiap saat gawai pernikahan ditalang mamak.Latihan rutin setiap minggunya dilakukan di malam selasa, guna untuk mengingat para pemuda tidak lupa dengan apa yang diajarkan oleh guru-guru tetua yang ikut terlibat dalam melakukan silat tersebut.Penulis : Suher pemuda adat dari talang jerinjing